![]() |
Siswi MINU Trate Putri Gresik |
Pendidikan karakter harus selalu
diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten dan kemudian menjadi karakter
bagi peserta didik.
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperkuat pendidikan karakter bagi siswanya, dimana guru harus mencontohkan apa yang disampaikan dan akan ditiru
oleh siswanya. Keteladanan yang diberikan pendidik akan memudahkan siswa dalam
menerapkan nilai karakter.
Guru
adalah seseorang yang dikagumi dan ditiru. Gugu artinya apapun yang disampaikan
master, baik lisan maupun tulisan, dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya
oleh seluruh siswa. Sedangkan ditiru artinya sebagai guru harus menjadi teladan
dalam setiap tindakan yang dilakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru adalah
panutan dan panutan bagi seluruh siswanya.
Dalam
kondisi saat ini dimana kekerasan dikalangan remaja/masyarakat semakin
meningkat, penggunaan bahasa dan perkataan yang tidak baik oleh siswa,
rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung
jawab individu dan kelompok, budaya berbohong/tidak jujur, dan semakin maraknya
kekerasan yang terjadi di kalangan remaja/masyarakat. Adanya rasa saling curiga dan benci antar manusia menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas yang harus selalu diperkuat.
Di
sisi lain, banyak pihak yang berpendapat, hasil pendidikan khususnya yang
menyangkut "Akhlak" sangat memprihatinkan. Dunia pendidikan
seolah-olah tidak selaras dengan kepribadian peserta didik dan hanya
mengandalkan peningkatan akademik peserta didik. Padahal, setiap satuan
pendidikan wajib melaksanakan pembentukan karakter peserta didik di sekolahnya
masing-masing.
Penguatan
pendidikan karakter hendaknya merupakan gerakan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui olah hati, perasaan, pikiran dan olah raga dengan keterlibatan dan kerjasama
antar satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Pendidikan Karakter.
Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang diprakarsai oleh Presiden Joko Widodo yang
juga menjadi dasar lahirnya Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter.
Pendidikan karakter harus selalu dilaksanakan di sekolah
Lima
nilai utama dalam penguatan pendidikan karakter :
1) Integritas
2) Religiusitas
3) Nasionalisme
4) Kemandirian
5) Gotong royong) harus tercermin dalam perilaku warga sekolah.
Pada hakikatnya pendidikan karakter diharapkan mampu membentuk manusia yang berkarakter holistik di samping membentuk pembelajar sepanjang hayat, yang sejatinya mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara seimbang (profound, emosional, intelektual, sosial, dan jasmani). Dan juga secara ideal. Hal ini menjawab anggapan yang selama ini beredar bahwa pendidikan hanya menekankan dan berorientasi pada "aspek akademik" dan tidak mengembangkan aspek sosial, emosional, kreatif bahkan motorik. Siswa hanya dipersiapkan untuk mendapat nilai bagus, namun tidak dilatih untuk bertahan hidup.
Hal ini sebenarnya dapat terwujud jika penguatan pendidikan karakter terprogram dan terencana dengan baik, misalnya penguatan pendidikan karakter berbasis
kelas yang sebaiknya dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajaran.
Pembiasaan dan pengembangan nilai baik akan diserap siswa dalam pembelajaran
ini.
Dalam penguatan pendidikan berbasis sekolah, sekolah tidak hanya dimaknai
sebagai tempat belajar saja, namun sekaligus juga dijadikan sebagai tempat
memperoleh peningkatan karakter bagi peserta didik yang merupakan bagian
terpenting dari pendidikan karakter itu sendiri, dengan organization lain
sekolah adalah bukan hanya sekedar tempat "move ilmu pengetahuan" tetapi
juga lembaga yang berperan dalam expositions pembelajaran yang berorientasi
pada nilai baik (esteem driven venture). Selain itu, sekolah bertanggung jawab
tidak hanya menghasilkan peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga berkarakter dan berkepribadian.
Sedangkan
penguatan pendidikan karakter berbasis keluarga dapat dilaksanakan dengan
menjadikan keluarga dan rumah tangga sebagai lingkungan pertama dan utama bagi
pembentukan budi pekerti dan pembentukan budi pekerti bagi peserta didik
sehingga keluarga/rumah tangga menjadi "sekolah cinta" tempat belajar
penuh cinta sejati dan kasih sayang. Yang pertama adalah menanamkan nilai dan
prinsip dasar yang baik dalam kehidupan sehingga diharapkan siswa mempunyai
potensi dan bekal yang memadai untuk mengikuti expositions pembelajaran di
sekolah.
Penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat dapat dilaksanakan karena masyarakat
luas mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan penanaman nilai
estetika dan etika bagi pembentukan karakter peserta didik dimana masyarakat
telah mempunyai sistem nilai yang selalu dianutnya. Hal ini akan mempengaruhi
sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan, termasuk pelajar,
sehingga masyarakat mempunyai tanggung jawab bersama dalam menjunjung tinggi
nilai baik dan mencegah nilai buruk.
Agar dapat memberikan nilai positif bagi peserta didik maka pelaksanaan penguatan pendidikan karakter perlu didukung dengan keteladanan, pengajaran dan penguatan.
Dari segi keteladanan, dimana guru, orang tua atau masyarakat dapat menjadi teladan yang positif bagi peserta didik, sedangkan dari segi pengajaran, guru dan
keluarga mengajarkan karakter/nilai yang baik dan memadukan ilmu akademik
dengan nilai kearifan lokal. Juga dari segi penguatan, dimana sekolah dan
keluarga harus mampu meningkatkan atau memantapkan karakter dan nilai yang baik
dengan mendukung kegiatan di luar sekolah, di luar rumah, dan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Pada
dasarnya penguatan pendidikan karakter mengarah pada terbentuknya peserta didik
yang memiliki keselarasan dan keseimbangan antara pengetahuan akademik,
sikap/perilaku dan keterampilan yang baik menuju time revolusi industri 4.0 dan
period Society 5.0. Harapannya, dengan selalu memperkuat pendidikan karakter,
kita akan menghasilkan peserta didik yang tidak hanya memiliki pengetahuan
akademis yang baik, namun juga memiliki karakter yang berkualitas.